Konon katanya Pulau Penyalai adalah
Pulau Bunian. Dipulau ini juga terdapat tempat-tempat tertentu yang diyakini
itu sebagai pemukiman ‘Orang Bunian’. Dikisahkan bahwa orang bunian adalah
salah satu kelompok suku gaib yang legendanya banyak sekali terdapat di Sumatra
khususnya di pulau penyalai. Mereka tinggal di kawasan hutan, bukit atau
kawasan keramat lainnya. Terkadang tampak kemudian menghilang. Mereka sangat
berperan dalam menjaga kesucian alam dari hal-hal terkutuk yang dilakukan
manusia yang tidak bertanggung jawab.
Pernah dahulu suatu ketika tiba-tiba
teman sebangku saya berteriak dan kemudian berlari menuju sebuah Sumur Tua di
tengah kebun Nenas sekolah kami dan ingin masuk kedalamnya. “nak balek”, itulah
kalimat yang terus dia ucapkan hingga akhirnya dia tak sadarkan diri. Kejadian
itu ia alami hampir setiap hari pada jam sekolah sekitar pukul sebelas siang.
Dengan nasehat para guru kami, akhirnya pihak sekolah mengundang seorang ustad
sekaligus tokoh adat di pulau kami. Benar rupanya bahwa teman sebangku saya ini
di rasupi orang bunian.
Sejak kejadian itu pihak sekolah
semakin sering mengingatkan kami agar senantiasa berdoa dan dilarang berkata
kotor “mencarut” di wilayah area sekolah. Pesan moral yang baik, yang memang
benar kami lakukan hingga beberapa bulan. Sehingga terciptalah sebuah sanggar
tari dan teater tradisional oleh pihak sekolah bernama Sanggar Sri Bunian yang
dipercaya aku sebagai Ketuanya saat itu. Disini, SMAN 1 Kecamatan Kuala Kampar
adalah sekolah tempat saya belajar dahulu, tercatat saya adalah siswa angkatan
tahun 2003.
Bukanlah hal yang mustahil pula bila
Pulau kami adalah tempat tinggal juga bagi Orang Bunian. Dahulu kala pulau ini
adalah daratan rendah berawa dan bertanah gambut sehingga yang tak berpenghuni
dan hanya menjadi tempat persinggahan bagi para pelaut kerajaan sehingga pada
suatu dekade dikisahkan adanya suku asli yang memutuskan untuk menempati pulau
penyalai ini.
Beberapa cerita mengatakan bahwa
orang Bunian kerap kali menghuni rumah kosong, mereka suka muncul saat senja.
Dengan mengeluarkan tanda-tanda biasanya orang setempat akan mencium aroma
kentang yang digoreng. Dari sumber cerita turun temurun, makhluk ini dikenal
suka menyesatkan para manuisa yang berbuat salah kepada alam atau manusia yang
melakukan perbuatan tercela di sekitar keberadaan mereka. Biasanya mereka
berwujud manusia secara sempurna. Orang-orang yang ikut masuk ke dunia orang
Bunian akan susah sekali untuk keluar, karena mereka juga memiliki peradaban
hidup layaknya manusia pada umumnya.
Terlebih jika kita makan masakan dari
sana, itulah mengapa kasus-kasus hilangnya orang di hutan selalu dikaitkan
dengan adanya orang Bunian. Ya, tak seperti
makhluk halus kebanyakan, Bunian ini sering menciptakan cerita-cerita yang
bagus. Entah mereka yang membantu manusia saat tersesat di hutan, memberi
petuah-petuah, sampai melibatkan dirinya dalam perang. Tapi, meskipun begitu,
bagaimana pun juga Bunian adalah makhluk halus yang tak bisa diterka maunya.
Kadang mereka ini juga kerap berbuat jahil dan suka menyesatkan manusia.
Sampai sekarang ini
orang-orang kebanyakan masih meragukan keberadaan Bunian. Memang tidak pernah
ada bukti validnya, bahkan tak muncul dalam topik penelitian atau tugas akhir
perkuliahan, tapi masyarakat Pulau Penyalai sendiri begitu mempercayai eksistensi
makhluk ghaib yang cerdas ini. Bagi masyarakat Kuala Kampar, kisah Bunian sudah
tentu bukan kisah asing. Orang Bunian ini adalah makhluk gaib yang dipercaya
tinggal dan menempati daerah – daerah tertentu. Soal tempat, Orang Bunian
diduga mendiami bagian-bagian yang tak dihuni manusia. Entah hutan, danau,
tepi-tepian sungai, kebun bahkan sampai disekitar rumah kita juga.
Mereka ini bukan
makhluk gaib yang primitif, melainkan sudah punya struktur yang kompleks. Bagi
kita yang memiliki indra ke enam dan bisa melihat hal-hal gaib, katanya akan
mampu menyaksikan kehidupan orang-orang Bunian yang kurang lebih seperti
manusia pada umumnya. Mereka berjualan, menikah, bahkan katanya memiliki
semacam kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja.
Ada banyak cerita soal
orang Bunian dari masyarakat sekitar Penyalai. Beberapa di antaranya adalah
kisah-kisah baik dan bisa dibilang luar biasa. Misalnya mereka yang sering menolong manusia yang
tersesat dari hutan, sampai ikut serta dalam perang. Untuk perang, dipercaya
hal tersebut memang benar adanya.
Banyak yang percaya
jika suatu ketika jaman penjajahan dulu, para orang tua kita dibantu oleh
mereka para orang Bunian. Mereka melibatkan diri lantaran merasa ikut
bertanggung jawab menjaga tanah yang ditempatinya. Tapi, tentu saja orang-orang
Bunian ini lebih sakti karena bisa terbang dan sebagainya.
Setiap makhluk halus pasti punya ciri
khasnya tersendiri, termasuk si Suku Bunian ini. Secara umum, orang-orang
Bunian memiliki kesamaan bentuk dengan manusia. Jadi, ya sama seperti kita,
mereka bertubuh tegak, berjalan dengan dua kaki dan sebagainya.
Jikalau begitu,
tentu susah bila kita hendak membedakan manusia dan Bunian bila bertemu mereka?
Mungkin saja iya, tapi kalau kita tahu ciri khas mereka, tentu saja hal
tersebut takkan terjadi. Memang ada perbedaan yang cukup mencolok antara
manusia dan suku Bunian, terutama di bagian wajah. Orang-orang Bunian ini
lazimnya tidak memiliki garis tegak antara bibir atas dan bawah hidung. Tak
hanya itu, mereka juga memiliki alis yang menyambung satu sama lain. Ketika
melihat ada orang yang memiliki dua ciri ini, dpercaya ia pasti adalah Bunian.
Meskipun dikenal
baik dan suka membantu manusia, namun ada juga cerita-cerita misteri lainnya
perihal kejahilan Orang Bunian. Salah satu di antaranya adalah hobi mereka yang
suka menyesatkan manusia. Orang Bunian ini memang suka sekali mencoba
berkomunikasi dengan manusia. Kemudian mereka akan melakukan apa pun untuk bisa
membawa manusia ke dunianya.
Cara menggodanya
sendiri sangat dahsyat, biasanya manusia yang jadi target akan ditunjukkan
pemandangan yang luar biasa. Bisa juga dengan gadis-gadis cantik, pria-pria
yang menawan, alam permainan bagi anak-anak, bahkan taman yang sangat indah.
Tak jarang yang manusia kerasukan mereka. Yang terjerat muslihatnya dan
akhirnya ikut, maka konsekuensinya adalah manusia takkan bisa kembali ke dunia
nyata, mereka akan hidup abadi disana hingga hari kiamat tiba. Andaipun manusia
yang terjerat muslihatnya ini bisa kembali ke alam dunia manusia sesungguhnya,
namun menurut cerita, hal tersebut hanya akan membuat si manusia menjadi tidak
waras alias gila atau hilang ingatan.
Mempercayai hal-hal
gaib memang tantangan tersendiri. Maksudnya adalah mereka ini tak pernah
dibuktikan keberadaannya secara logis atau sains, tapi mereka memang ada. Agak
dilematis jadinya. Termasuk Orang Bunian ini yang bagi sebagian orang dianggap
eksis, tapi bagi yang lainnya tidak. Pada akhirnya keputusan untuk percaya atau
tidak kembali ke masing-masing perspektif kita selaku insan manusia yang hidup
di akhir zaman ini.
SELAYANG PANDANG PULAU PENYALAI
Mengenai Pulau Penyalai (Pulau
Mendol) yang menyimpan segudang potensi baik dalam Budaya Melayu Riau maupun
Potensi Wisata. Pulau Penyalai adalah sebuah pulau bertanah Gambut yang
terletak di kuala Sungai Kampar, mengisi sebuah teluk yang berarus deras saat
air laut surut, sejajar dengan garis pantai timur pulau Sumatra bagian tengah.
Penyalai bukanlah sebuah kata filosofi, penyalai adalah nama sebuah daerah
paling penting se-semenanjung Kampar, terutama sebelum Pelalawan memisahkan
diri dari Kabupaten Kampar, serta sebelum Kuala Kampar beranak kecamatan baru
bernama Meranti. Penyalai adalah gerbang terluar Provinsi Riau,
penyalai adalah induk dari daerah pelabuhan (yang seharusnya) terpenting di
Pelalawan sebelum menuju ke Kepulauan Riau.
NAMUN sedihnya adalah, pulau kami
merupakan kecamatan yang diduga paling lambat dalam sektor pembangunan,
penyuluhan kesehatan yang tidak merata, pejabat-pejabat muspika pemerintahan
kecamatan kami adalah mereka yang berketurunan bangsawan (darah biru bergelar
Tengku, Syaid dll), Nepotisme merajalela mulai dari Bupati Pelalawan; HM Haris,
kemudian anaknya Ketua DPRD Kabupaten Pelalawan; Adi Sukemi yang mereka berdua
diduga tersandung banyak dugaan Korupsi (didukung data manual dan digital)
sampai pada birokrasi tingkat RT RW Kepala Desa dan seterusnya. Belum lagi
masalah pengajuan pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) yang harus menunggu
antrian bertahun-tahun (kaya nunggu antrian haji). Tentu masyarakat Kecamatan
Kuala kampar harus cerdas, berhubung Tahun ini (2020) akan ada pemilihan Bupati
Kabupaten Pelalawan, wajib kiranya kita memilih Figur yang benar-benar memihak
kepada masyarakat.
ASAL USUL NAMA PENYALAI
Penyalai bukanlah cerita sejarah
ketika orang-orang tua dahulu menakuti anak-anak mereka atau memotivasi mereka
yang suka merantau menerjang lautan untuk merubah nasib, dengan cara
mengisahkan penduduk lokal yang dipanggil Penyalai karena suka
menyalai hidup-hidup para penjahat, pemberontak dan kaum penjajah.
Penyalai bukanlah pulau orang-orang terbuang, sarang penyelundup, apalagi
perompak. Penyalai adalah salah satu pulau akar Budaya Melayu, dimana orang-orang penyalai adalah salah satu sub Penutur
Asli Bahasa Melayu tingkat tinggi yang digunakan oleh
orang-orang kerajaan Johor-Riau dan Riau-Lingga, cikal bakal akan Bahasa
Indonesia.
Penyalai juga berarti jalan hidup,
jalan hidup orang-orang Teluk (Melayu), suku pemberani di laut maupun di darat,
pelayar tangguh, pantang menyerah dan penjaga marwah tanah Melayu. Penyalai
tidak sebatas pada kampung halaman, Penyalai adalah tanah air, tumpah darah
kami anak-anak Kuala Kampar, Putra Riau daratan terakhir atau anak jati Melayu
Riau kepulauan bilangan pertama, karena kami Penyalai adalah antara Lautan dan
Daratan. Tidak Sombong di Laut tak Lupa di Daratan.
KONDISI ALAM PULAU PENYALAI
Kondisi alam Pulau Penyalai dipenuhi
dengan hutan rawa dan dataran rendah serta dilewati oleh sungai-sungai yang salah
satunya adalah Sungai Kampar. Sungai yang panjangnya 413,5 Km dengan kedalaman
rata-rata 7,7 meter ini berhulu di Propinsi Sumatera Barat dan Bermuara di
Selat Melaka. Sungai Kampar dengan anak-anak sungainya yang kaya akan sumber
daya hayati. Hal ini menghadirkan keindahan alam tersendiri berupa Panorama,
Tasik, Anak-anak Sungai, Hutan yang memiliki Ratusan Jenis Satwa, Burung dan
Reptil serta ditumbuhi oleh berbagai pohon bakau dan tanaman hutan yang
beragam. Keindahan alam dan keragaman budaya Pulau Penyalai akan memberikan
kesan “Melayu Banget” bagi para pengunjung yang datang di Kecamatan Kuala
Kampar.
Pulau ini bebas Polusi Udara
dikarenakan alamnya yang masih sangat asri. Tidak ada kendaraan roda empat
(mobil) disana karena kondisi tanah yang gambut tidak memungkinkan untuk
dilewati kendaraan berat beroda empat. Pabrik atau Perseroan Terbatas juga
tidak banyak hal ini karena butuh dana cukup besar untuk membukanya. Dalam
keseharian masyarakat penyalai berkendara menggunakan sepeda motor dan kaisar
sebagai alat angkut darat selain gerobak.
Oleh karena letaknya berada di
sekitaran wilayah perairan Selat Melaka, tentulah negeri ini sesekali mendapat
jelingan dan tumpuan mata dari negeri dan negara tetangga tersebut. Sebagai
bangsa yang memiliki sejarah gemilang di masa lampau, sudah sepatutnya
Kabupaten Pelalawan ingin dipandang gagah dan sasa di mata masyarakat sekitar
Selat Melaka karena bagaimana pun, Kuala Kampar merupakan pintu gerbang Pelalawan dari
mata dunia (Selat Melaka). Potensi budaya dan kesenian melayu
sangat berkembang pesat disana. Hanya objek pariwisata belum ada, kenapa? Selain
itu, dari segi sejarah, kalau tidak menyimpan sesuatu yang unik dan misteri,
kenapa pula Sultan Mahmud Syah dari tanah Semenanjung Malaya memilih jalur ini
untuk bertapak di Pekantua? Kenapa tidak memudiki Kuala Indragiri atau Sungai
Jantan, Siak, lalu mencari negeri untuk membangun istana sayap?
Membangun dan memelihara kekayaan
khazanah Melayu di Penyalai atau Kecamatan Kuala Kampar merupakan sesuatu yang
mustahak yang segera harus dilakukan sesegera mungkin oleh semua sektor di
Pelalawan karena negeri ini merupakan warisan Tuhan yang amat berharga demi
kejayaan Melayu dan kabupaten Pelalawan di bentangan esok yang kian panjang.
Saya perlu kerjasama dan dukungan dalam menulis buku ini. Kita akan ungkap
semua potensi itu.
Banyak orang hebat dalam berkesenian
di Pulau ini yang sifatnya pribadi maupun berkelompok namun tak rahasia umum
lagi bila nasib mereka kadang tak diperhatikan oleh pihak kecamatan maupun
kabupaten. Padahal putra putri Penyalai memang banyak yang pandai. Karya mereka
terkurung karena situasi yang sulit. Minimnya jumlah penulis yang mendongkrak
kekayaan budaya Pulau Penyalai. Tiada akses Internet yang memadai, listrik yang
sering rusak daripada sehatnya, jalanan yang kecil dan senantiasa memakan
korban jiwa raga. Semua tau bahwa Pulau Penyalai kaya akan makanan khasnya,
panorama keindahan alamnya dan sopan santun santuy ramah tamah penduduknya.
Ulasan ini merupakan langkah awak
saya untuk menulis banyak tentang Pulau Penyalai. Satu persatu akan saya ungkap
potensinya. Termasuk dugaan adanya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme di
Pulau kami. Untuk itu saya memerlukan bantuan materil maupun moril, komunikasi
dan informasi, serta perhatian para penulis lainnya. Semoga kita bisa menjadi
teladan yang baik bagi generasi selanjutnya.
BATASAN ISI BUKU
Buku ini akan membahas tentang potensi
Pulau Penyalai dari sisi Budaya dan Pariwisata
MASALAH YANG DIBAHAS DALAM BUKU INI
Bagaimana potensi Budaya Melayu di
Pulau Penyalai?
Bagaimana potensi Pariwisata di Pulau
Penyalai?
TUJUAN PENULISAN BUKU
Untuk
mengetahui Bagaimana potensi budaya melayu di Pulau Penyalai
Untuk
mengetahui Bagaimana potensi Pariwisata di Pulau Penyalai
PENTINGNYA BUKU INI
Secara Teori
Untuk
penulis:
Buku ini akan menjadi sebuah karya
sekaligus penemuan akademik
Untuk
penulis yang akan datang:
Buku ini terbatas pada apa yang sudah
direncanakan yaitu membahas budaya dan potensi pariwisata di Pulau Penyalai
secara umum sehingga bagi penulis yang akan datang bisa menjadikan buku ini
sebagai referensi
Secara Praktek
Untuk Masyarakat:
Bagi masyarakat Pulau Penyalai
khususnya Kecamatan Kuala Kampar buku ini akan menjadi satu bukti kekayaan
ilmiah yang bersifat kearifan lokal sehingga isi materi bisa diwariskan kepada
generasi penerus yang kelak lahir
Untuk Pendidikan:
Buku ini akan menjadi bahan ajar pada
mata pelajaran muatan lokal dan bisa di distribusikan keseluruh sekolah baik
sekolah negri maupun sekolah swasta yang ada di ruang lingkup kabupaten
pelalawan
Untuk Pemerintah:
tentu saja buku ini akan sangat
bermanfaat bagi pemerintah kabupaten pelalawan khususnya Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dinas Budparpora) yaitu sebagai khasanah
potensi kearifan lokal yang bersifat nasional. Buku ini bisa menjadi sebuah
temuan yang mampu menambah aset baik devisa maupun akademik. Buku ini juga akan
dialih bahasakan ke dalam Bahasa Inggris (bahasa Internasional) untuk mendapat
perhatian masyarakat internasional terkait kepentingan mereka dalam mengenal
potensi Budaya Melayu dan pariwisata di Pulau Penyalai, Kecamatan Kuala Kampar,
Kabupaten Pelalawan.
KATA KUNCI DALAM BUKU INI
Pulau Penyalai (Mendol)
Pulau Penyalai atau
Pulau Mendol adalah sebuah Kecamatan yang juga diberinama Kecamatan Kuala
Kampar dengan luas sebesar 1.000,39 km2. Berada di Kabupaten Pelalawan
(kecamatan paling ujung) Provinsi Riau. Bagian utara berbatasan dengan
Kecamatan Rangsang, Kabupaten Bengkalis. Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Bengkalis. Sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Teluk Meranti. Dan disebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Kundur, Provinsi Kepulaun Riau
Budaya
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni
Melayu
Melayu adalah nama
yang diberikan kepada sebuah kelompok etnis dari orang-orang Austronesia terutama
yang menghuni Semenanjung Malaya, seluruh Sumatra,
bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir
termasuk Brunei, Kalimantan Barat, dan Sarawak dan Sabah pesisir, Filipina bagian
barat dan selatan, dan pulau-pulau kecil yang terletak antara lokasi ini yang
secara kolektif dikenal sebagai 'Alam
Melayu'. Lokasi ini sekarang
merupakan bagian dari negara modern Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Burma, Thailand,
dan Filipina. Nama
"Malayu" berasal dari Kerajaan Malayu yang pernah ada di kawasan Sungai Batang Hari, Jambi. Dalam perkembangannya,
Kerajaan Melayu akhirnya takluk dan menjadi bawahan Kerajaan Sriwijaya. Pemakaian istilah Melayu-pun meluas hingga ke luar
Sumatra, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang berkembang hingga
ke Jawa, Kalimantan,
dan Semenanjung Malaya.
Pariwisata
Pariwisata
adalah Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah
dan penhgusaha. Rangkaian kegiatan dilakukan manusia baik secara perorangan
maupun berkelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain dengan
menggunakan jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan pemerintah, badan
usaha dan masyarakat
PERENCANAAN TERSTRUKTUR
Penulisan buku ini direncanakan akan tuntas pada bulan Desember 2020 dan akan di bedah pada bulan Februaari 2021 nanti oleh tokoh budaya/ pariwisata tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.
Setelah selesai dalam proses pembedahan, berikutnya adalah proses perijinan (SNI) dan pencetakan (1.500 buku). Adapun pihak-pihak terkait yang mengerti hal tersebut sudah kami hubungi.
Perihal kerjasama dan lain-lain dalam tuntasnya penulisan buku ini akan dibahas pada perjanjian tertulis yang kami siapkan.
***
Untuk proses berikutnya adalah
menuntaskan kajian pustaka, investigasi data, diskusi dan temuan.
Mohon doa dan dukungan saudara-saudariku semua...
Terimakasih...
Penulis : Mustakim JM
Hp/WA : 0823 8650 8415
FB :
mustakim jm bin ismail
Instagram :
mustakim.jm
Youtube :
Mustakim JM
Nomer
Rekening
BANK RIAUKEPRI
BANK RIAUKEPRI
1192108713
atas
nama
MUSTAKIM
JM
transfer dari bank lain
Kode
Bank Riau Kepri:
REFERENSI